JAKARTA - Indonesia bersiap tampil sebagai partner country dalam Industrial International Exhibition (Innoprom) 2026 yang akan berlangsung pada 6–9 Juli 2026 di Ekaterinburg, Rusia. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) telah memulai persiapan melalui acara kick-off yang digelar awal pekan ini, menandai dimulainya koordinasi lintas kementerian dan lembaga terkait.
Sekretaris Jenderal Kemenperin, Eko SA Cahyanto, menegaskan bahwa keikutsertaan Indonesia sebagai negara mitra merupakan momentum strategis untuk memperluas jaringan industri, khususnya dengan Rusia dan negara-negara di Commonwealth of Independent States (CIS). “Kami mengapresiasi kepercayaan kepada Indonesia sebagai negara mitra Innoprom 2026. Pameran industri kelas dunia ini menjadi wadah penting bagi inovasi, kerja sama, dan investasi industri, khususnya di Rusia dan CIS,” kata Eko.
Sebagai negara mitra, Indonesia menargetkan Innoprom sebagai platform promosi industri dan investasi sekaligus memperkuat hubungan business-to-business (B2B) dan government-to-business (G2B). “Tidak hanya sebagai showcase transformasi industri kita, tetapi juga melambangkan komitmen bersama terhadap inovasi, keberlanjutan, dan pertumbuhan inklusif,” imbuh Eko.
Peluang Investasi dan Kerja Sama Strategis
Innoprom 2026 juga menjadi peluang emas untuk menarik investasi dan kerja sama strategis dari Rusia. Veronika Novoseltseva, Wakil Duta Besar Rusia untuk Indonesia, menyatakan apresiasinya terhadap partisipasi Indonesia. “Indonesia akan mendapat kesempatan besar untuk mempromosikan potensi perekonomian di depan negara-negara peserta pameran ini,” kata Veronika.
Dia menambahkan bahwa Rusia memiliki minat kuat untuk memperkuat kerja sama dengan Indonesia, terutama di bidang energi, industri, dan teknologi. Data perdagangan bilateral menunjukkan bahwa pada tahun 2024, total nilai perdagangan Indonesia-Rusia mencapai sekitar US$3,98 miliar, dengan total investasi Rusia di Indonesia sebesar US$262,8 juta.
Sektor prioritas kerja sama meliputi energi, industri pangan dan pertanian, farmasi, peralatan medis, galangan kapal, krisotil, pupuk, dan metalurgi. Hal ini menunjukkan peluang yang luas bagi Indonesia untuk memperluas jaringan industri dan meningkatkan kapasitas ekspor berbasis teknologi.
Strategi Indonesia Memaksimalkan Innoprom 2026
Direktur Jenderal Ketahanan, Perwilayahan, dan Akses Industri Internasional (KPAII) Kemenperin, Tri Supondy, menekankan bahwa Innoprom akan menjadi wadah memperluas jejaring investasi dan kerja sama ekonomi, perdagangan, serta industri, khususnya di pasar non-tradisional.
“Ada waktu persiapan yang cukup bagi kita untuk membangun jaringan antara para pebisnis dan pemerintah, sehingga nantinya akan menghasilkan kerja sama strategis. Kita tidak hanya hadir di pameran, tetapi akan fokus pada perdagangan, investasi, dan kerja sama,” jelas Tri.
Sebelumnya, Wakil Menteri Perindustrian (Faisol Riza) juga telah membahas potensi kerja sama dengan Rusia di sela forum BRICS Forum on Partnership on New Industrial Revolution (PartNIR) 2025 di China. Pertemuan tersebut mencakup finalisasi nota kesepahaman (MoU) pada sektor strategis seperti industri perkapalan, infrastruktur, energi nuklir, jaringan rel kereta, dan produksi gas industri.
Faisol menekankan kesiapan Indonesia untuk menjadi Partner Country Innoprom 2026 sebagai bagian dari strategi transformasi industri nasional menuju basis industri berteknologi tinggi, berdaya saing global, dan berorientasi ekspor.
Fokus pada Sektor Strategis dan Teknologi
Potensi kerja sama Indonesia-Rusia tidak hanya terbatas pada perdagangan, tetapi juga mencakup investasi di bidang industri pupuk, farmasi dan peralatan medis, metalurgi, galangan kapal, hingga pengembangan kawasan industri. Langkah ini sejalan dengan upaya pemerintah memperkuat industri nasional berbasis teknologi dan inovasi.
Eko menekankan bahwa persiapan Innoprom 2026 akan menampilkan kemampuan teknologi dan produk kreatif asal Indonesia, sekaligus memperkuat citra Indonesia sebagai negara inovatif dan berdaya saing di kancah global. “Momentum ini adalah kesempatan untuk memperkenalkan transformasi industri Indonesia sekaligus membuka peluang investasi dan kerja sama baru,” katanya.
Dengan strategi ini, Indonesia menargetkan tidak hanya hadir sebagai peserta pameran, tetapi juga sebagai pemain aktif yang mendorong kerja sama industri berkelanjutan dengan Rusia dan negara-negara CIS, membuka peluang pasar baru, serta meningkatkan investasi yang berdampak positif bagi perekonomian nasional.