Kementerian PU Latih Santri Konstruksi Jadi Tenaga Profesional

Jumat, 10 Oktober 2025 | 09:47:51 WIB
Kementerian PU Latih Santri Konstruksi Jadi Tenaga Profesional

JAKARTA - Kementerian Pekerjaan Umum (PU) mulai membuka ruang baru bagi para santri untuk menyiapkan masa depan yang lebih mandiri. Melalui program pelatihan dan sertifikasi konstruksi, para santri kini tidak hanya dibekali ilmu agama, tetapi juga keterampilan praktis yang bisa menjadi bekal kerja profesional di bidang konstruksi.

Langkah ini disampaikan Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian PU, Dewi Chomistriana, saat melakukan peninjauan pembangunan gedung di Pondok Pesantren Lirboyo, Kota Kediri, Jawa Timur, Kamis, 9 Oktober 2025. Menurutnya, santri memiliki potensi besar untuk mengembangkan kemampuan di sektor konstruksi, terlebih jika mereka memiliki sertifikat resmi sesuai aturan yang berlaku.

“Pelatihan konstruksi dan sertifikasi untuk para santri yang memang tertarik di bidang konstruksi sehingga santri nantinya kompetensinya bisa terjamin karena sudah punya sertifikat,” kata Dewi.

Dengan adanya sertifikat kompetensi, santri tidak hanya membantu pekerjaan konstruksi di pesantren, tetapi juga bisa bekerja secara legal di berbagai proyek sesuai dengan UU Jasa Konstruksi.

Santri Siap Ikut Sertifikasi Kompetensi

Dewi menambahkan bahwa Kementerian PU menawarkan program Sertifikat Kompetensi Kerja (SKK) Konstruksi bagi santri. Program ini diharapkan dapat membuka peluang lebih luas, tidak hanya terbatas pada tenaga kasar, tetapi juga menuju arah profesional.

“Kami tawarkan santri akan di sertifikasi kompetensi tenaga kerja konstruksi (Sertifikat Kompetensi Kerja/SKK Konstruksi). Nantinya mereka bisa kerja sesuai UU Jasa Konstruksi,” ujarnya.

Menurutnya, sertifikasi ini akan sangat bermanfaat, sebab banyak proyek pembangunan pesantren yang membutuhkan tenaga kerja terlatih. Selain itu, peluang kerja santri di sektor konstruksi juga bisa lebih besar, baik di lingkungan pesantren maupun di luar.

Audit Bangunan Pesantren Tua

Kunjungan Kementerian PU ke Pesantren Lirboyo tidak hanya sebatas memberikan pelatihan. Kehadiran mereka juga merupakan tindak lanjut dari runtuhnya bangunan di Pondok Pesantren Al Khoziny, Sidoarjo. Karena itu, tim ahli konstruksi diturunkan untuk melakukan audit bangunan di Lirboyo mulai Rabu 8 Oktober 2025 hingga Sabtu, 11 Oktober 2025,

Audit tersebut dilakukan terhadap bangunan yang sudah berdiri maupun yang masih dalam tahap konstruksi. Beberapa bangunan di Lirboyo bahkan berusia di atas 100 hingga 200 tahun, sehingga pemeriksaan menyeluruh diperlukan untuk memastikan keamanan.

“Alhamdulilah hasil audit awal sementara yang kami lihat di Pesantren Lirboyo ini, kalau kami lihat perencanaan bangunan sudah cukup baik. Hanya ada beberapa penguatan yang harus dilakukan terutama untuk memperkuat dinding,” jelas Dewi.

Selain audit, Kementerian PU juga memberikan rekomendasi kepada tukang dan santri yang bertugas sebagai pengawas bangunan agar kualitas pekerjaan semakin meningkat.

Dukungan Besar dari Pesantren Lirboyo

Pengasuh Pesantren Lirboyo, K.H. Oing Abdul Muid, menyambut baik langkah Kementerian PU. Ia menilai program pelatihan konstruksi ini sejalan dengan kebutuhan pesantren yang sedang gencar membangun fasilitas baru.

“Termasuk tadi beliau menjanjikan kalau berkenan santri yang telah memiliki kemampuan pertukangan akan dilatih sehingga mereka bisa mendapatkan sertifikat. Jadi bukan hanya sebagai tenaga kasar tapi juga ke arah profesional,” kata Gus Muid.

Menurutnya, pelatihan ini akan membantu santri lebih berdaya, karena keterampilan konstruksi yang diperoleh dapat digunakan di masa depan. Gus Muid juga menegaskan bahwa pesantren sangat terbuka dengan program pemerintah yang mendukung peningkatan kapasitas santri.

Pengecekan Bangunan Tunggu Hasil 10 Hari

Selain pelatihan, pesantren juga menunggu hasil resmi audit bangunan yang dilakukan oleh tim Kementerian PU. Proses pengecekan yang berlangsung hingga Sabtu, 11 Oktober 2025 melibatkan para ahli konstruksi yang meneliti kelayakan bangunan, termasuk yang sudah berusia tua.

“Jadi ini kan dari PU mulai kemarin, pengecekan bangunan di pesantren. Dan kegiatan itu sampai Sabtu. Beliau memaparkan dari PU hasilnya baru bisa keluar paling cepat 10 hari,” ujar Gus Muid.

Hasil audit ini akan menjadi dasar dalam menentukan langkah penguatan atau perbaikan yang perlu dilakukan agar bangunan pesantren tetap aman digunakan untuk kegiatan belajar mengajar.

Menggandeng Santri Jadi Tenaga Terlatih

Program pelatihan konstruksi yang menyasar santri ini menunjukkan bahwa pemerintah berupaya mengintegrasikan pendidikan agama dengan keterampilan teknis. Dengan cara itu, lulusan pesantren tidak hanya siap menjadi pemimpin umat, tetapi juga mampu berkontribusi di sektor pembangunan.

Santri yang memperoleh sertifikat akan memiliki posisi tawar lebih baik di dunia kerja, sekaligus bisa membantu pesantren mengurangi ketergantungan pada tenaga kerja luar. Dengan demikian, pesantren menjadi pusat pendidikan sekaligus pemberdayaan ekonomi yang lebih mandiri.

Kementerian PU pun menegaskan bahwa keberhasilan program ini membutuhkan kerja sama dari berbagai pihak, mulai dari pengasuh pesantren, santri, hingga para pekerja konstruksi yang sudah berpengalaman.

Sinergi Pendidikan dan Keterampilan

Langkah Kementerian PU ini bisa menjadi awal transformasi baru di dunia pesantren. Jika selama ini pesantren identik dengan pendidikan agama, kini mereka juga berperan dalam melahirkan tenaga kerja konstruksi yang bersertifikat dan kompeten.

Dengan kolaborasi antara pesantren dan pemerintah, diharapkan lahir generasi santri yang tidak hanya memiliki kecakapan spiritual, tetapi juga keterampilan praktis yang dibutuhkan di era modern.

Terkini