Kaltim Mantapkan Transisi Energi Hijau Dukung Pembangunan IKN

Selasa, 14 Oktober 2025 | 09:57:36 WIB
Kaltim Mantapkan Transisi Energi Hijau Dukung Pembangunan IKN

JAKARTA - Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) kini semakin tegas menunjukkan arah kebijakan energi yang berpihak pada masa depan berkelanjutan. Meski selama ini dikenal sebagai salah satu daerah penghasil minyak, gas, dan batu bara terbesar di Indonesia, Kaltim berkomitmen untuk meninggalkan dominasi energi fosil dan beralih ke Energi Baru Terbarukan (EBT).

Komitmen tersebut ditegaskan oleh Sekretaris Daerah Provinsi Kaltim, Sri Wahyuni, dalam pembukaan Indonesia Sustainable Energy Week 2025 yang berlangsung di Hotel Mercure Samarinda pada Senin (13/10/2025). Menurutnya, upaya transformasi energi ini bukan sekadar wacana, melainkan langkah nyata yang sudah mulai dirintis sejak 15 tahun lalu.

“Transformasi ekonomi dan energi telah lama kita gaungkan, namun perlu komitmen kuat seluruh pihak untuk mendukung serta implementasi di lapangan,” ujar Sri Wahyuni.

Energi Hijau untuk Ekonomi Berkelanjutan

Beralih dari energi fosil menuju energi ramah lingkungan disebut Sri sebagai bagian dari strategi besar pembangunan ekonomi berkelanjutan di Kaltim. Langkah ini juga sejalan dengan dukungan terhadap Ibu Kota Nusantara (IKN), yang dicanangkan pemerintah pusat sebagai kota hijau dengan target nol emisi di masa depan.

“Transisi energi itu merupakan bentuk dukungan terhadap pembangunan IKN sebagai kota hijau dengan target nol emisi,” ungkap Sri.

Pernyataan tersebut menegaskan bahwa arah pembangunan Kaltim kini bukan lagi berfokus pada eksploitasi sumber daya alam tak terbarukan, melainkan pada diversifikasi energi yang lebih ramah lingkungan.

Pemanfaatan Potensi Lokal

Sri Wahyuni mencontohkan bagaimana Kaltim mulai memanfaatkan potensi lokal untuk mendukung penggunaan energi terbarukan. Salah satunya melalui sektor perkebunan kelapa sawit. Limbah cangkang dan cairan hasil pengolahan sawit atau Palm Oil Mill Effluent (POME) kini tidak lagi dianggap sebagai masalah lingkungan, tetapi dimanfaatkan menjadi sumber energi listrik.

Selain itu, pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) sudah dibangun di sejumlah daerah terpencil di Kaltim. Kehadiran panel surya ini tidak hanya mendukung ketersediaan energi ramah lingkungan, tetapi juga menjawab tantangan keterjangkauan listrik di wilayah-wilayah yang sulit dijangkau jaringan PLN.

Lebih jauh, Kaltim juga melihat peluang besar dari potensi energi hidro (air) dan energi angin. Keduanya diproyeksikan sebagai sumber energi yang mampu melengkapi transisi menuju bauran energi hijau.

Dukungan dari Agenda Nasional

Pergeseran arah energi di Kaltim juga diperkuat dengan agenda besar nasional, yakni percepatan transisi energi dan target net zero emission Indonesia. Kaltim sebagai lokasi pembangunan IKN otomatis memiliki peran strategis dalam memastikan keberhasilan agenda tersebut.

Dengan adanya komitmen ini, provinsi tersebut diharapkan dapat menjadi contoh nyata bahwa daerah penghasil fosil pun bisa bergerak menuju energi terbarukan tanpa meninggalkan peran vital dalam mendukung pembangunan ekonomi nasional.

Indonesia Sustainable Energy Week Goes Regional

Sebagai wujud nyata langkah tersebut, Kaltim menjadi tuan rumah Indonesia Sustainable Energy Week Goes Regional pertama yang berlangsung pada 13–16 Oktober 2025. Acara ini menghadirkan berbagai pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah daerah, kementerian terkait, pelaku usaha, hingga komunitas energi hijau.

Kegiatan yang dimulai di Samarinda ini kemudian akan berlanjut ke Makassar, Sulawesi Selatan, dengan tema berbeda. Tujuannya adalah memperluas pemahaman, berbagi pengalaman, sekaligus memperkuat kolaborasi antar daerah dalam upaya transisi energi.

Tantangan Implementasi di Lapangan

Meski sudah ada upaya nyata, Sri Wahyuni mengakui bahwa transisi energi tidak mudah. Tantangan utama terletak pada konsistensi implementasi dan keterlibatan seluruh pemangku kepentingan. Investasi besar, penguasaan teknologi, serta kesiapan masyarakat menjadi faktor penting yang harus disiapkan dengan serius.

Namun demikian, Sri optimistis bahwa dengan kolaborasi yang kuat, langkah Kaltim menuju energi hijau akan semakin terwujud. “Transformasi ekonomi dan energi telah lama kita gaungkan, namun perlu komitmen kuat seluruh pihak untuk mendukung serta implementasi di lapangan,” tegasnya kembali.

Jalan Panjang Menuju Bauran Energi Hijau

Kaltim memang memiliki pekerjaan rumah besar. Sebagai daerah yang selama puluhan tahun menggantungkan ekonomi pada batu bara dan gas alam, meninggalkan energi fosil tentu bukan hal instan. Akan tetapi, arah kebijakan yang sudah jelas menunjukkan bahwa perlahan tapi pasti, peta energi Kaltim akan berubah.

Pemanfaatan sumber daya lokal seperti sawit, tenaga surya, air, dan angin diharapkan dapat menjadi tonggak penting menuju bauran energi yang lebih ramah lingkungan. Dengan dukungan kebijakan pemerintah, investasi swasta, serta kesadaran masyarakat, transisi energi ini diharapkan benar-benar membawa manfaat jangka panjang bagi generasi mendatang.

Komitmen Kaltim dalam mengembangkan energi terbarukan bukan hanya tentang mengurangi ketergantungan pada energi fosil, tetapi juga tentang membangun masa depan ekonomi hijau yang berkelanjutan. Dukungan terhadap pembangunan IKN sebagai kota hijau menjadi bukti nyata bahwa transisi energi adalah kebutuhan mendesak, bukan pilihan opsional.

Dengan berbagai langkah yang sudah dimulai, dari pemanfaatan limbah sawit hingga pengembangan PLTS, Kaltim sedang menapaki jalan panjang menuju energi hijau. Harapannya, provinsi ini dapat menjadi contoh transformasi energi yang berhasil, sekaligus menginspirasi daerah lain di Indonesia

Terkini