JAKARTA - Ketahanan energi dan hilirisasi sumber daya alam kini menjadi dua fondasi penting dalam membangun kemandirian ekonomi nasional. Pemerintahan Prabowo-Gibran, dalam setahun terakhir, terus menegaskan arah kebijakan yang menitikberatkan pada swasembada energi, pengolahan mineral, dan penguatan ekspor nonmigas.
Kebijakan ini tidak hanya menjawab kebutuhan energi dalam negeri, tetapi juga memperlihatkan strategi jangka panjang Indonesia dalam memanfaatkan potensi sumber daya alam secara optimal tanpa mengabaikan aspek lingkungan.
Produksi Migas Tingkatkan Kepercayaan
Salah satu indikator nyata dalam perjalanan menuju kemandirian energi adalah pencapaian produksi minyak dan gas. Anggota Komisi VII DPR RI Eddy Soeparno menyoroti bahwa kinerja Pertamina pada semester pertama 2025 menunjukkan perkembangan menggembirakan.
Produksi migas berhasil menyentuh 1,04 juta barel setara minyak per hari (MBOEPD). Menurut Eddy, capaian ini tidak hanya angka statistik, tetapi mencerminkan semangat kemandirian bangsa yang sejalan dengan nilai-nilai peringatan HUT ke-80 Republik Indonesia.
“Capaian ini sejalan dengan semangat kemandirian bangsa di sektor energi sebagaimana ditekankan dalam peringatan HUT ke-80 Republik Indonesia,” ujarnya.
Mandatori Biodiesel: Transisi Menuju Energi Bersih
Langkah strategis lain yang menegaskan arah transformasi energi adalah penerapan mandatori biodiesel B40. Program ini menjadi tonggak penting transisi menuju energi bersih dan ramah lingkungan.
Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung menekankan, kebijakan B40 bukan sekadar inovasi energi, tetapi juga instrumen ekonomi. Implementasi biodiesel berbasis kelapa sawit domestik terbukti menghemat devisa hingga USD 17,19 miliar atau setara Rp271 triliun.
Lebih jauh, program ini mampu menciptakan jutaan lapangan kerja baru di sektor energi dan pertanian.
“Inovasi energi berbasis sumber daya domestik memperkuat fondasi swasembada energi nasional sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” ungkap Yuliot.
Hilirisasi Mineral: Magnet Investasi Global
Sejalan dengan penguatan energi domestik, pemerintah juga fokus pada hilirisasi mineral yang menjadi prioritas utama kabinet Prabowo-Gibran.
Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi Todotua Pasaribu menyebut, hingga September 2025, realisasi investasi di sektor hilirisasi mineral telah mencapai Rp193,8 triliun. Dari jumlah tersebut, nikel dan tembaga menjadi penyumbang terbesar.
“Capaian ini menunjukkan kepercayaan investor global terhadap arah kebijakan hilirisasi Indonesia,” kata Todotua.
Hilirisasi bukan hanya meningkatkan nilai tambah sumber daya alam, tetapi juga menciptakan peluang kerja baru, memperluas rantai pasok industri, dan memperkuat posisi Indonesia di pasar global.
Industri Pengolahan Dorong Ekspor Nonmigas
Dampak langsung hilirisasi juga tercermin dari kinerja industri pengolahan. Menurut Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor industri pengolahan nonmigas pada Agustus 2025 mencapai USD 13,22 miliar.
Angka tersebut menyumbang 72,55 persen dari total ekspor nasional. Bagi Agus, kontribusi besar dari sektor industri pengolahan menunjukkan bahwa hilirisasi telah bertransformasi menjadi motor penggerak ekspor, sekaligus penguat ketahanan ekonomi di tengah tantangan global.
Kemandirian sebagai Strategi Jangka Panjang
Capaian dalam energi dan hilirisasi ini tidak bisa dilepaskan dari visi jangka panjang yang menempatkan kemandirian sebagai fondasi utama pembangunan. Pemerintah berupaya agar ketergantungan pada impor energi maupun bahan mentah berkurang, dan Indonesia mampu berdiri di atas potensi domestiknya sendiri.
Kemandirian energi tidak hanya bicara tentang produksi migas, tetapi juga mencakup transisi menuju energi bersih, seperti program biodiesel, bioenergi, hingga diversifikasi sumber daya energi lain. Sementara hilirisasi memastikan bahwa sumber daya alam yang dimiliki tidak lagi dijual murah dalam bentuk bahan mentah, melainkan diolah menjadi produk bernilai tinggi.
Jalan Panjang Menuju Ekonomi Berkelanjutan
Meski capaian tahun pertama menunjukkan arah positif, perjalanan menuju kemandirian energi dan hilirisasi yang menyeluruh masih panjang. Tantangan tetap ada, mulai dari keterbatasan infrastruktur, kebutuhan teknologi, hingga peningkatan kualitas tenaga kerja.
Namun, langkah-langkah yang telah ditempuh menunjukkan fondasi kuat. Dukungan politik, kepastian regulasi, serta meningkatnya kepercayaan investor global menjadi modal penting untuk mempercepat transformasi ekonomi Indonesia.
Dalam setahun pemerintahan Prabowo-Gibran, fondasi kemandirian energi dan hilirisasi sudah mulai menguat. Produksi migas yang stabil, program biodiesel B40 yang berdampak ganda, serta investasi triliunan rupiah di sektor hilirisasi menunjukkan arah kebijakan yang konsisten.
Ekspor nonmigas yang terus meningkat juga membuktikan bahwa strategi ini mampu membawa manfaat nyata bagi perekonomian nasional. Dengan konsistensi kebijakan dan kolaborasi seluruh pihak, Indonesia berpeluang besar menjadikan energi dan hilirisasi sebagai pilar utama menuju ekonomi berkelanjutan dan mandiri.