JAKARTA - Sepakbola Spanyol tidak pernah kehabisan pemain bintang, bahkan ketika hampir seluruh pilar utamanya absen. Fakta ini kembali terlihat saat tim “C” La Roja menghancurkan Georgia dan Bulgaria dalam dua laga kualifikasi Piala Dunia 2026.
Pelatih Georgia, Willy Sagnol, hanya bisa menghela napas panjang, setengah kagum, setengah pasrah: “Mereka tidak hanya dari dunia lain, tapi dari alam semesta yang berbeda.”
Ucapan Sagnol yang pernah menjuarai Liga Champions bersama Bayern Munich itu bukanlah hiperbola. Tim Spanyol, meski kehilangan Rodri, Dani Carvajal, Dani Olmo, Gavi, Ferran Torres, dan Lamine Yamal, tetap menampilkan performa superior.
Bahkan tanpa setengah dari bintang papan atasnya, La Roja mencatat kemenangan dominan 8-0 atas Georgia, dan 4-0 atas Bulgaria. Ini menandai rekor tak terkalahkan ke-29 secara kompetitif, menyamai catatan era emas Iker Casillas, Xavi, Iniesta, Busquets, Alonso, dan Torres.
Kedalaman Skuad yang Luar Biasa
Yang membuat Spanyol menakjubkan bukan hanya kemenangan besar, tetapi kemampuan mereka untuk tetap mendominasi meski kehilangan 20 pemain papan atas. Sagnol menilai kedalaman stok pemain Spanyol tak tertandingi.
“Tidak ada tim lain di dunia yang bisa kehilangan sebanyak itu dan tetap tampil seperti Spanyol,” katanya. “Mereka punya banyak solusi, bahkan ketika kehabisan pemain.”
Hal ini menunjukkan bahwa kekuatan Spanyol tidak hanya berasal dari kualitas teknis individu, tetapi juga dari football intelligence. Pemain seperti Pedri menjadi contoh nyata: tubuhnya kecil, tapi memiliki kecerdasan bermain luar biasa, hasil dari 20-25 tahun perencanaan sistematis di sepakbola Spanyol.
Sistem Pengembangan Pemain: Dua Dekade Terencana
Kehebatan Spanyol berakar dari sistem pembinaan yang menyeluruh. Federasi Sepakbola Spanyol (RFEF) telah mengembangkan metode pelatihan yang konsisten selama dua dekade terakhir.
Setiap tahun, RFEF memilih 55 pemain berbakat dari kelompok usia 14–15 tahun untuk dibina secara terpusat. Filosofi yang diterapkan menekankan “order and talent”: kedisiplinan, taktik, dan tanggung jawab sosial menjadi bagian tak terpisahkan dari pengembangan setiap pemain.
Ginés Melendez, mantan koordinator akademi RFEF, menjelaskan, “Sejak usia 15 sampai 21 tahun, kami melatih mereka dengan cara yang sama. Latihan yang sama, prinsip yang sama, sampai menjadi otomatis.”
Hasilnya terlihat jelas: ketika satu pemain absen, pengganti dapat menempati posisi dengan kualitas dan identitas permainan yang sama. Hal ini menjaga konsistensi La Roja di level tertinggi, terlepas siapa pun yang bermain.
Konsistensi dalam Kompetisi
Keunggulan sistem ini memungkinkan pelatih Luis de la Fuente memanfaatkan 63 pemain berbeda selama empat tahun terakhir tanpa mengorbankan performa tim. Kedalaman dan keseragaman ini menjadi mesin talenta yang tak pernah mati, memastikan Spanyol selalu kompetitif di setiap level.
Sagnol menambahkan bahwa faktor ini juga membuat Spanyol unggul dalam pengembangan pemain muda. “Mereka memproduksi pemain dengan football intelligence. Lihat saja Pedri. Tubuhnya kecil, tapi dia salah satu pemain paling pintar di dunia. Identitas mereka tetap sama, tidak peduli siapa yang bermain,” ujar Sagnol.
Filosofi ini membedakan Spanyol dari negara lain yang masih mengandalkan kekuatan individu semata. Kedalaman dan kualitas tim mampu menutupi absennya bintang, sekaligus menyiapkan regenerasi yang konsisten dari usia muda hingga senior.
Rekor dan Impresi Global
Dua kemenangan terakhir ini menandai pencapaian impresif bagi La Roja, yang tetap mempertahankan identitas sepakbola Spanyol di era modern. Bahkan saat skuad tidak lengkap, mereka mampu mencetak skor besar dan mengendalikan jalannya pertandingan.
Hasil ini juga memperkuat reputasi Spanyol sebagai “mesin talenta” dunia, di mana perencanaan jangka panjang dan pembinaan sistematis menghasilkan pemain berkualitas tinggi secara berkelanjutan. Sagnol menyebut pengalaman ini sebagai bukti nyata bahwa Spanyol memiliki sistem regenerasi yang sangat matang, yang membuat mereka selalu kompetitif tanpa bergantung pada nama besar.
Filosofi yang Menghasilkan Kualitas
Sistem pengembangan La Roja bukan hanya soal teknik dan fisik, tapi juga mental dan taktik. Identitas sepakbola Spanyol tetap terjaga berkat pelatihan yang seragam sejak usia muda, memastikan setiap pemain dapat beradaptasi dengan strategi tim secara otomatis.
Dengan strategi ini, setiap generasi baru dapat menggantikan pemain senior tanpa menurunkan kualitas tim. Konsep ini menjadikan Spanyol salah satu negara dengan kontinuitas sepakbola terbaik di dunia, bahkan ketika menghadapi tantangan absennya bintang utama.
Spanyol membuktikan bahwa keberhasilan sepakbola bukan semata soal nama besar atau popularitas pemain, tetapi hasil dari perencanaan jangka panjang, pembinaan konsisten, dan filosofi bermain yang jelas.
Dari generasi muda hingga tim senior, La Roja tetap mempertahankan identitasnya, membuktikan mesin talenta Spanyol tidak pernah berhenti berproduksi.
Ucapan Willy Sagnol menjadi penegasan: kekuatan Spanyol tidak hanya dari skill individu, tapi dari kedalaman skuad, kecerdasan taktik, dan sistem pengembangan yang tak kenal henti. Sebuah pelajaran penting bagi negara lain yang ingin menyaingi kualitas sepakbola Spanyol di kancah global.