Putin Dorong Tata Energi Global yang Lebih Seimbang

Jumat, 17 Oktober 2025 | 14:30:37 WIB
Putin Dorong Tata Energi Global yang Lebih Seimbang

JAKARTA - Presiden Rusia Vladimir Putin menyoroti perubahan besar yang sedang terjadi dalam sistem energi dunia. Dalam pandangannya, restrukturisasi hubungan energi global kini menjadi hal yang tidak bisa dihindari seiring munculnya pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru dan meningkatnya konsumsi energi di kawasan tersebut.

Putin menjelaskan bahwa proses ini merupakan bagian dari transformasi alami dan objektif, mencerminkan bergesernya keseimbangan ekonomi global. Menurutnya, negara-negara di Asia-Pasifik, Afrika, dan Amerika Latin kini menjadi motor baru dalam permintaan energi dunia.

Namun di tengah perubahan tersebut, Putin menilai ada pihak-pihak yang berupaya menghambat dinamika alami ini. Ia menuding kelompok elit Barat tertentu telah melakukan tindakan yang justru mengganggu stabilitas energi internasional.

“Kita menyaksikan gangguan artifisial pada sistem energi, yang didorong oleh tindakan agresif dan tegas dari elite Barat tertentu,” ucapnya dalam forum energi internasional di Moskow.

Pernyataan itu mencerminkan pandangan Rusia bahwa sistem energi global tidak lagi murni ditentukan oleh kebutuhan pasar dan efisiensi pasokan, melainkan juga oleh kepentingan politik dan kebijakan negara-negara besar di Barat.

Dampak Kebijakan Politik Barat terhadap Pasokan Energi

Putin menyoroti dampak langsung dari keputusan sejumlah negara Eropa yang menolak pasokan energi dari Rusia. Ia menyebut langkah tersebut bukan keputusan ekonomi rasional, melainkan hasil tekanan politik yang akhirnya menimbulkan konsekuensi negatif bagi Eropa sendiri.

Menurutnya, keputusan itu berimbas pada penurunan output industri dan meningkatnya biaya produksi di berbagai sektor karena ketergantungan pada minyak dan gas impor yang lebih mahal. “Dampaknya terlihat jelas di Uni Eropa, termasuk melalui penurunan output industri, kenaikan harga karena minyak dan gas impor yang lebih mahal, serta penurunan daya saing barang-barang Eropa maupun ekonomi yang lebih luas,” kata Putin.

Kondisi tersebut memperlihatkan bahwa stabilitas pasokan energi kini menjadi isu strategis yang tidak bisa dilepaskan dari dinamika geopolitik. Putin menilai, upaya memutus ketergantungan energi dari Rusia justru memperburuk keseimbangan energi di Eropa dan mengganggu pasar global.

Bagi Rusia, hal itu menjadi sinyal untuk memperkuat kerja sama dengan negara-negara di belahan dunia selatan. Putin menegaskan bahwa transformasi rantai pasok energi sedang berlangsung, dengan pergeseran logistik yang mengarah ke kawasan yang lebih menjanjikan di masa depan.

“Pergeseran ini melibatkan rute yang lebih andal, pengembangan hub dan pelabuhan baru yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan konsumen energi saat ini dan di masa mendatang,” ujarnya.

Rusia Pertahankan Posisi sebagai Produsen Energi Utama

Dalam kesempatan yang sama, Putin menegaskan bahwa meski menghadapi tekanan dan berbagai bentuk persaingan tidak sehat, Rusia tetap mampu mempertahankan posisinya sebagai salah satu produsen minyak terbesar di dunia.

“Rusia mempertahankan posisinya sebagai produsen minyak terkemuka meskipun terdapat mekanisme persaingan tidak sehat yang digunakan untuk melawannya,” tegasnya.

Ia menambahkan bahwa Moskow menyumbang sekitar sepuluh persen dari total produksi minyak dunia dan diperkirakan akan menghasilkan sekitar 510 juta ton minyak tahun ini.

Selain minyak dan gas, Rusia juga menyoroti keberhasilan mereka dalam menjaga keseimbangan energi yang ramah lingkungan. Putin menjelaskan bahwa sebagian besar produksi energi Rusia berasal dari sumber berjejak karbon rendah.

“Neraca energi Rusia adalah salah satu yang terhijau di dunia, dengan 87 persen dari produksi energi negara memiliki jejak karbon yang rendah atau nol,” ujarnya.

Pernyataan tersebut menunjukkan upaya Rusia untuk menampilkan dirinya sebagai pemain utama dalam transisi menuju energi bersih global, meskipun seringkali dikaitkan dengan dominasi bahan bakar fosil.

Energi Nuklir Jadi Pilar Masa Depan Global

Selain minyak dan gas, Putin juga menyoroti peran penting energi nuklir dalam mewujudkan keseimbangan energi dunia di masa depan. Ia menegaskan bahwa Rusia adalah satu-satunya negara yang memiliki kompetensi lengkap di seluruh rantai produksi pembangkit listrik tenaga nuklir.

“Rusia adalah satu-satunya negara di dunia yang memiliki kompetensi di seluruh rantai pembangkit listrik tenaga nuklir,” tuturnya.

Rusia, lanjutnya, kini aktif membangun pembangkit listrik tenaga nuklir di berbagai negara, termasuk Bangladesh, Mesir, dan Turki. Proyek-proyek tersebut menjadi bukti nyata kontribusi Rusia dalam mendukung kemandirian energi negara-negara berkembang.

Putin juga menegaskan komitmen Moskow untuk memperluas kerja sama di bidang energi nuklir, terutama dengan negara-negara di kawasan Selatan dan dalam kelompok BRICS. “Kami bermaksud untuk lebih mengembangkan kerja sama kami di industri nuklir dengan negara-negara Selatan dan negara-negara BRICS. Kami bekerja sangat aktif di bidang ini,” ujarnya.

Menurutnya, banyak pakar sepakat bahwa tenaga nuklir akan menjadi pilar utama dalam sistem energi dunia mendatang. Kapasitas energi nuklir global diperkirakan akan meningkat hampir dua kali lipat pada 2050, seiring dengan meningkatnya kebutuhan energi bersih yang stabil dan berkelanjutan.

Putin menilai, negara-negara yang berinvestasi sejak dini dalam pengembangan teknologi nuklir akan memiliki posisi strategis dalam tatanan energi global masa depan. Karena itu, Rusia berkomitmen untuk terus memimpin di bidang ini melalui inovasi, riset, serta kerja sama internasional yang saling menguntungkan.

Dengan sikap tegasnya, Putin ingin menunjukkan bahwa Rusia tidak sekadar bertahan dalam tekanan geopolitik, tetapi juga berperan aktif membentuk masa depan energi global yang lebih seimbang dan inklusif. Ia menegaskan, tantangan yang dihadapi dunia saat ini harus dijawab melalui kerja sama yang didasari pada kepentingan bersama, bukan dominasi sepihak.

Transformasi energi dunia, menurut Putin, tidak boleh dijadikan alat politik, tetapi harus menjadi sarana untuk menciptakan kesejahteraan yang merata bagi seluruh negara. Dalam pandangan Moskow, masa depan energi global bergantung pada kemitraan yang adil dan pembangunan sistem yang tidak dikendalikan oleh satu blok kekuasaan saja.

Terkini