JAKARTA - Upaya meningkatkan kualitas tenaga kerja Indonesia terus dilakukan pemerintah melalui beragam strategi. Salah satunya adalah dengan memastikan program pelatihan kerja benar-benar relevan dengan kebutuhan dunia usaha.
Menurut Wakil Menteri Ketenagakerjaan (Wamenaker) Afriansyah Noor, model Tailor Made Training (TMT) atau pelatihan berbasis kebutuhan industri menjadi langkah penting agar lulusan pelatihan dapat langsung terserap ke lapangan kerja.
Afriansyah, yang akrab disapa Ferry, menekankan bahwa pelatihan kerja tidak boleh lagi berjalan tanpa arah. Dunia industri membutuhkan tenaga kerja dengan keterampilan spesifik, dan di situlah peran pemerintah hadir untuk menyediakan program pelatihan yang selaras.
“Tugas kita sekarang adalah menyinkronkan agar pelatihan sesuai dengan kebutuhan industri. Apa yang dibutuhkan industri di situ, itulah yang akan kita latih,” ungkapnya dalam keterangan di Jakarta.
Sinkronisasi Pelatihan dan Dunia Usaha
Menurut Wamenaker Ferry, keterkaitan erat antara pelatihan kerja dan kebutuhan industri adalah kunci dalam menciptakan tenaga kerja yang siap pakai. Dengan penyesuaian kurikulum pelatihan terhadap keterampilan yang benar-benar dibutuhkan, lulusan memiliki peluang lebih besar untuk terserap di pasar kerja.
“Kesesuaian antara pelatihan dan kebutuhan industri sangat penting. Dengan menyesuaikan materi pelatihan dengan keterampilan yang dibutuhkan industri, lulusan dapat lebih cepat terserap di dunia kerja sekaligus mendukung pengembangan sektor industri setempat,” tegasnya.
Kesesuaian itu bukan hanya berdampak pada penyerapan tenaga kerja, tetapi juga mampu memberikan dorongan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi lokal. Dengan adanya SDM yang kompeten dan siap kerja, produktivitas industri di berbagai daerah akan meningkat.
Contoh Nyata di Sektor Peternakan Langkat
Sebagai bukti nyata penerapan konsep TMT, Kementerian Ketenagakerjaan mendorong pengembangan industri peternakan di Langkat, Sumatera Utara. Langkah ini dinilai tidak hanya memperkuat ketahanan pangan nasional, tetapi juga membuka peluang kerja baru bagi masyarakat setempat.
Afriansyah menegaskan bahwa potensi peternakan di Langkat sangat besar. Apabila dikelola dengan baik, sektor ini bisa menjadi motor penggerak ekonomi daerah sekaligus mendukung visi pemerintah dalam memperkuat ketahanan pangan.
“Di Langkat banyak industri peternakan yang bisa menjadi motor penggerak ekonomi daerah. Kami berharap dengan tumbuhnya industri peternakan, penyerapan tenaga kerja di daerah ini bisa maksimal,” jelas Ferry.
Inisiatif ini juga sejalan dengan arah kebijakan Presiden Prabowo Subianto yang mendorong pembangunan sektor pangan nasional. Melalui penguatan industri peternakan, pemerintah berupaya menjadikan daerah seperti Langkat sebagai fondasi utama ketersediaan pangan bagi masyarakat luas.
Peternakan Jadi Fondasi Ketahanan Pangan Nasional
Lebih jauh, Wamenaker menilai bahwa pengembangan sektor peternakan bukan hanya sekadar menciptakan lapangan kerja baru, melainkan juga menopang ketahanan pangan nasional. Dengan keterlibatan pemerintah daerah dan dukungan pelaku usaha, sektor ini diyakini mampu menjadi basis kokoh dalam menjaga pasokan pangan bagi masyarakat Indonesia.
“Potensi usaha peternakan di Langkat luar biasa. Di tengah dorongan Presiden Prabowo untuk menggalakkan ketahanan pangan, sektor ini bisa menjadi pondasi kuat bagi ketersediaan pangan nasional,” tegasnya.
Dengan arah kebijakan tersebut, pelatihan kerja berbasis industri di bidang peternakan dapat mencetak tenaga kerja terampil yang siap memenuhi kebutuhan sektor. Dampaknya tidak hanya pada kesejahteraan masyarakat lokal, tetapi juga pada penguatan struktur ekonomi nasional.
Tantangan dan Harapan ke Depan
Meski program TMT dinilai efektif, tantangan tetap ada. Salah satunya adalah bagaimana memastikan bahwa materi pelatihan terus diperbarui sesuai perkembangan teknologi industri. Dunia kerja bergerak cepat, sehingga kurikulum pelatihan juga harus adaptif.
Selain itu, perlu adanya kolaborasi yang lebih erat antara pemerintah, dunia usaha, dan lembaga pendidikan. Tanpa kerja sama yang solid, pelatihan berbasis kebutuhan industri sulit mencapai hasil optimal.
Namun, dengan langkah awal yang sudah dijalankan, terutama pada sektor potensial seperti peternakan, program ini membuka optimisme baru. Lulusan pelatihan tidak hanya akan lebih cepat terserap, tetapi juga bisa memberikan kontribusi nyata dalam mendorong perekonomian daerah sekaligus memperkuat ketahanan pangan nasional.
Program pelatihan kerja berbasis kebutuhan industri yang digagas Kemnaker menjadi strategi penting dalam mengatasi masalah ketenagakerjaan di Indonesia. Dengan pendekatan TMT, pelatihan diarahkan sesuai kebutuhan sektor usaha, sehingga lulusan lebih mudah mendapatkan pekerjaan.
Contoh nyata di sektor peternakan Langkat menunjukkan bagaimana konsep ini mampu mendukung penciptaan lapangan kerja sekaligus menjaga ketahanan pangan. Sejalan dengan visi Presiden Prabowo Subianto, strategi ini diharapkan mampu menjadikan SDM Indonesia lebih kompetitif di pasar kerja sekaligus menopang perekonomian nasional.