Harga Minyak Dunia Menguat, Pasar Waspadai Dampak Sanksi AS ke Rusia

Sabtu, 25 Oktober 2025 | 10:35:41 WIB
Harga Minyak Dunia Menguat, Pasar Waspadai Dampak Sanksi AS ke Rusia

JAKARTA - Harga minyak dunia kembali bergerak naik pada akhir pekan, melanjutkan tren penguatan yang sudah terlihat sejak sesi sebelumnya. Penguatan ini terjadi setelah Amerika Serikat menjatuhkan sanksi baru terhadap dua perusahaan minyak terbesar Rusia, yang memicu kekhawatiran akan terganggunya pasokan global di tengah ketegangan geopolitik yang masih berlangsung.
 

Dalam perdagangan terakhir, harga minyak Brent berjangka naik ke level USD 65,91 per barel, sementara West Texas Intermediate (WTI) berada di posisi USD 61,47 per barel. Meski secara harian hanya mencatat kenaikan tipis, pergerakan ini menempatkan harga minyak di jalur kenaikan mingguan terbesar sejak pertengahan Juni.
 

Analis Senior Price Futures Group, Phil Flynn, menilai penguatan harga minyak ini tidak lepas dari reaksi pasar terhadap kebijakan sanksi tersebut. “Ini karena sanksi,” ujarnya, sembari menambahkan bahwa pasar kini mulai menilai ulang risiko pasokan yang bisa muncul akibat kebijakan baru dari Washington.

Sanksi AS ke Rusia Ubah Arah Pasar Minyak Dunia

Sanksi yang dijatuhkan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, terhadap dua raksasa energi Rusia, Rosneft dan Lukoil, menjadi sorotan utama pasar energi global. Kedua perusahaan itu dikenal sebagai penyumbang lebih dari 5 persen dari total produksi minyak dunia, sehingga pembatasan terhadap aktivitas mereka berpotensi mengganggu rantai pasok internasional.
 

Langkah ini diambil sebagai bagian dari tekanan ekonomi terhadap Presiden Rusia, Vladimir Putin, agar mengakhiri perang di Ukraina. Namun, dampaknya langsung terasa di pasar, terutama bagi negara-negara yang bergantung pada minyak Rusia.
 

Sejumlah perusahaan energi besar di China disebut menangguhkan sementara pembelian minyak Rusia untuk menghindari risiko sanksi sekunder. Sementara itu, perusahaan penyulingan di India — salah satu pembeli terbesar minyak Rusia yang dikirim lewat laut — dikabarkan akan memangkas volume impornya secara signifikan.
 

“Aliran ke India khususnya berisiko,” kata Vice President of Oil Markets Analysis Rystad Energy, Janiv Shah. Ia menilai perubahan pola perdagangan ini bisa memperketat pasokan di kawasan Asia dan mendorong harga minyak tetap tinggi dalam jangka pendek.

OPEC Siap Ambil Langkah Antisipatif

Di tengah kekhawatiran global tersebut, negara-negara anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) berupaya menjaga stabilitas pasar. Menteri Perminyakan Kuwait menyampaikan bahwa OPEC siap meningkatkan produksi bila terjadi kekurangan pasokan akibat sanksi baru terhadap Rusia.
 

Tindakan ini dinilai penting untuk menyeimbangkan pasar dan menghindari lonjakan harga yang bisa membebani negara konsumen. “Tantangan bagi perusahaan penyulingan minyak China akan lebih kecil, mengingat diversifikasi sumber minyak mentah dan ketersediaan stok,” kata seorang pejabat industri menanggapi situasi terkini.
Sementara itu, Amerika Serikat menegaskan kesiapannya untuk mengambil langkah tambahan bila dianggap perlu.

Di sisi lain, Presiden Putin mengecam sanksi tersebut sebagai tindakan tidak bersahabat dan menilai bahwa perekonomian Rusia akan tetap tangguh. Ia menekankan bahwa Rusia tetap memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan pasar energi global.

Pasar Minyak Masuk Fase Ketidakpastian Baru

Kondisi pasar minyak kini menunjukkan perubahan arah yang signifikan. Setelah sempat berada dalam fase contango — di mana harga kontrak jangka panjang lebih tinggi daripada kontrak jangka pendek — kini pasar kembali ke kondisi backwardation. Artinya, harga minyak untuk pengiriman cepat menjadi lebih mahal daripada pengiriman di masa depan.
 

Fenomena ini mencerminkan kekhawatiran para pelaku pasar terhadap potensi kekurangan pasokan, bukan lagi kelebihan produksi seperti yang dikhawatirkan beberapa pekan sebelumnya. Para pedagang kini lebih memilih menjual minyak untuk kontrak jangka pendek guna memanfaatkan harga tinggi saat ini daripada menyimpannya untuk kemudian hari.
 

Flynn menjelaskan, “Melihat angka permintaan dari Badan Informasi Energi AS, kami tidak menemukan tanda-tanda kelebihan pasokan.” Ia menilai perubahan struktur pasar ini merupakan refleksi dari meningkatnya risiko geopolitik dan ketidakpastian ekonomi global.
 

Dengan kondisi tersebut, pasar energi memasuki periode sensitif di mana setiap kebijakan politik dan keputusan produksi dari negara produsen utama akan sangat memengaruhi arah harga minyak dunia. Investor dan pelaku industri kini menanti langkah lanjutan dari OPEC, AS, dan Rusia dalam menentukan keseimbangan baru pasar energi global.

Terkini