Rupiah

Rupiah Hari Ini Ditopang Sinyal Fiskal dan Global

Rupiah Hari Ini Ditopang Sinyal Fiskal dan Global
Rupiah Hari Ini Ditopang Sinyal Fiskal dan Global

JAKARTA - Nilai tukar rupiah diproyeksikan tetap bergerak dalam rentang fluktuatif, namun peluang penguatan masih terbuka lebar. Dukungan datang dari ekspektasi penurunan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) hingga sinyal kebijakan fiskal pemerintah yang dianggap mampu menjaga daya beli masyarakat.

Pada perdagangan, rupiah berhasil ditutup menguat 27 poin ke level Rp16.576 per dolar AS. Bahkan sempat terapresiasi lebih dalam, yakni 30 poin, dibandingkan penutupan sebelumnya di posisi Rp16.603 per dolar AS. Untuk hari ini, Kamis, 16 Oktober 2025, rupiah diperkirakan bergerak dalam kisaran Rp16.520–Rp16.580 per dolar AS.

Menurut Ibrahim Assuaibi, pengamat ekonomi, mata uang, dan komoditas, arah rupiah masih ditentukan oleh perpaduan faktor eksternal dan domestik.

Sentimen Eksternal: The Fed, Perang Dagang, dan Politik Global

Dari sisi eksternal, pernyataan Ketua The Fed, Jerome Powell, menjadi salah satu pemicu sentimen positif. Powell menegaskan bahwa perekonomian Amerika Serikat kemungkinan masih berada di jalur yang lebih kuat dari perkiraan. Namun, ia juga memberi sinyal kehati-hatian dengan menyoroti mulai melemahnya pasar tenaga kerja.

Ia menekankan bahwa “tidak ada jalur bebas risiko” dalam pengambilan keputusan moneter, dan setiap langkah terkait suku bunga akan diputuskan “pertemuan demi pertemuan.” Nada dovish ini semakin memperkuat spekulasi bahwa The Fed bisa menurunkan suku bunga pada Oktober maupun Desember mendatang. 

Ekspektasi ini mendorong turunnya imbal hasil obligasi pemerintah AS dan melemahkan dolar, sehingga memberi ruang apresiasi bagi rupiah.

Di sisi lain, pasar juga dibayangi ketegangan geopolitik. Donald Trump mengancam akan mengenakan tarif 100% pada produk asal Tiongkok, yang langsung memicu respons keras dari Beijing. Pemerintah Tiongkok menegaskan siap “berperang dalam bentuk apa pun,” menandakan perang dagang antara dua ekonomi terbesar dunia kembali memanas.

Sementara itu di Eropa, Prancis tengah dirundung ketidakstabilan politik. Dua mosi tidak percaya terhadap pemerintahan Perdana Menteri Sebastien Lecornu berpotensi menggoyang pondasi politik negara tersebut. 

Presiden Emmanuel Macron pun menolak desakan mundur di tengah salah satu krisis politik terbesar dalam beberapa dekade terakhir.

Kombinasi faktor global inilah yang membuat rupiah bergerak hati-hati, meski peluang penguatan masih terbuka.

Faktor Domestik: Kebijakan Fiskal Jadi Penyeimbang

Selain faktor eksternal, kebijakan fiskal pemerintah turut memengaruhi arah rupiah. Pasar menyoroti langkah pemerintah yang membuka opsi penurunan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pada tahun depan, dengan tujuan menjaga daya beli masyarakat di tengah ketidakpastian global.

Meski masih dalam tahap kajian, opsi tersebut dianggap sebagai sinyal bahwa pemerintah berkomitmen untuk menjaga stabilitas konsumsi domestik. Hal ini penting mengingat penerimaan negara hingga akhir 2025 masih menjadi bahan evaluasi.

Sebagai catatan, tarif PPN sebelumnya telah ditetapkan naik secara bertahap sesuai dengan Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP). Namun, Presiden Prabowo Subianto mengambil langkah berbeda. Ia memutuskan tarif PPN tetap 11 persen tanpa mengubah UU HPP, melainkan dengan menerapkan skema Dasar Pengenaan Pajak (DPP) nilai lain 11/12 dari harga jual.

Adapun kenaikan tarif menjadi 12 persen hanya diberlakukan untuk Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor 131 Tahun 2024. Kebijakan ini berlaku untuk hunian mewah dengan nilai di atas Rp30 miliar.

Bagi Ibrahim, sikap fiskal yang hati-hati ini memberi angin segar bagi pasar valuta asing. “Kebijakan fiskal yang hati-hati turut memberi sinyal positif bagi pasar karena menunjukkan komitmen pemerintah menjaga daya beli dan stabilitas ekonomi domestik,” jelasnya.

Prospek Rupiah Hari Ini

Dengan dukungan faktor eksternal berupa potensi pemangkasan suku bunga The Fed serta kebijakan fiskal domestik yang akomodatif, rupiah dinilai memiliki peluang untuk bertahan di jalur penguatan. Meski demikian, risiko volatilitas tetap tinggi mengingat ketegangan geopolitik global dan kondisi politik di Eropa.

Pasar juga akan terus memantau perkembangan langkah lanjutan pemerintah, khususnya terkait kajian penurunan tarif PPN, serta dinamika global seperti kebijakan moneter AS dan arah hubungan dagang AS–Tiongkok.

Secara teknis, rentang pergerakan rupiah hari ini diperkirakan di Rp16.520–Rp16.580 per dolar AS, dengan kecenderungan menguat apabila sentimen global mereda.

Perjalanan rupiah hari ini tidak hanya bergantung pada dinamika eksternal, tetapi juga pada kebijakan dalam negeri yang mampu menenangkan pasar. Jika ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed terealisasi dan pemerintah konsisten menjaga daya beli lewat kebijakan fiskal, maka ruang apresiasi rupiah bisa lebih lebar.

Namun, bayang-bayang ketidakpastian global tetap menjadi tantangan. Perang dagang AS–Tiongkok, situasi politik Eropa, serta arah kebijakan moneter global akan menjadi faktor penentu berikutnya. Untuk itu, investor dan pelaku pasar perlu terus mencermati perkembangan ini agar dapat merespons setiap perubahan dengan tepat.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index