IHSG

Asing Tetap Akumulasi Saham Unggulan Saat IHSG Melemah

Asing Tetap Akumulasi Saham Unggulan Saat IHSG Melemah
Asing Tetap Akumulasi Saham Unggulan Saat IHSG Melemah

JAKARTA - Di tengah gejolak pasar saham yang membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi, investor asing justru menunjukkan strategi berbeda. Alih-alih menarik diri sepenuhnya, mereka tetap aktif melakukan akumulasi di sejumlah saham unggulan. Fenomena ini memperlihatkan bagaimana aliran modal asing tidak sepenuhnya terpengaruh oleh sentimen jangka pendek.

Pada perdagangan sesi I hari ini, investor asing mencatatkan net sell Rp 587 miliar. Angka tersebut berasal dari pembelian saham senilai Rp 3,7 triliun dan penjualan Rp 4,3 triliun. Walau secara keseluruhan masih tercatat jual bersih, asing tetap mengincar saham-saham tertentu yang dinilai prospektif.

Salah satunya adalah PT Rukun Raharja Tbk (RAJA), yang menjadi incaran utama dengan net buy asing mencapai Rp 85,3 miliar. Uniknya, meskipun asing gencar mengoleksi, harga saham RAJA justru turun 4,13% ke level Rp 4.640.

Selain RAJA, saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) juga masuk daftar pilihan asing. Pada sesi I, net buy ANTM tercatat Rp 61,5 miliar.

Saham Incaran Asing Hari Ini

Secara lebih rinci, berikut adalah daftar 10 saham dengan net foreign buy terbesar pada perdagangan sesi I:

PT Rukun Raharja Tbk (RAJA): Rp 85,3 miliar

PT Aneka Tambang Tbk (ANTM): Rp 61,5 miliar

PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA): Rp 45,6 miliar

PT Bank Central Asia Tbk (BBCA): Rp 43,4 miliar

PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN): Rp 42,4 miliar

PT Merdeka Gold Resources Tbk (EMAS): Rp 29 miliar

PT Raharga Energi Cepu Tbk (RATU): Rp 24,5 miliar

PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI): Rp 21,4 miliar

PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA): Rp 20,5 miliar

PT Kalbe Farma Tbk (KLBF): Rp 19,9 miliar

Data ini menunjukkan bahwa investor asing tetap menempatkan dana pada saham-saham sektor energi, pertambangan, hingga perbankan meskipun IHSG sedang berada di zona merah.

IHSG Berbalik Melemah

Padahal, pada awal perdagangan, IHSG sempat menguat 0,51%. Namun menjelang siang, indeks berbalik arah dan ditutup melemah 0,4% ke level 8.034,65 pada sesi I.

Secara keseluruhan, sebanyak 467 saham turun, sementara 245 saham naik, dan 244 saham stagnan. Total nilai transaksi mencapai Rp 14,6 triliun, dengan melibatkan 19,16 miliar saham dalam 1,62 juta kali transaksi.

Koreksi terbesar datang dari sektor teknologi, yang anjlok -1,8%, disusul sektor utilitas -1,77%, dan bahan baku -1,26%.

Saham Konglomerat Jadi Beban Indeks

Beberapa saham besar justru menambah tekanan pada IHSG. Multipolar Technology, emiten milik Grup Lippo, tercatat turun tajam 9,55%, dan berkontribusi -8,14 poin terhadap penurunan indeks.

Selain itu, saham-saham yang terafiliasi dengan konglomerat Prajogo Pangestu juga masih melanjutkan tren pelemahan. Barito Renewables Energy (BREN), Barito Pacific (BRPT), dan Chandra Asri Pacific (TPIA) masuk dalam daftar 10 saham pemberat utama IHSG.

Tidak hanya itu, saham perbankan besar seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) turut menekan pasar, dengan kontribusi negatif -8,26 poin.

Saham Eks ‘Roket’ Ikut Terkoreksi

Selain emiten milik Prajogo, saham-saham milik pengusaha Haji Isam juga tak luput dari tekanan. Jhonlin Agro Raya (JARR) dan Pradiksi Gunatama (PGUN) yang sempat melonjak ribuan persen dalam enam bulan terakhir, kini mengalami penurunan tajam. Keduanya masuk jajaran saham pemberat indeks di perdagangan hari ini.

Strategi Asing di Tengah Volatilitas

Meskipun mencatatkan net sell secara keseluruhan, pola akumulasi saham tertentu oleh asing mengindikasikan strategi jangka menengah hingga panjang. Sektor pertambangan dan energi, misalnya, masih menjadi incaran karena prospek permintaan global yang kuat, terutama emas dan nikel.

Koleksi saham perbankan besar seperti BBCA juga menegaskan keyakinan asing terhadap fundamental ekonomi Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa pelemahan IHSG hari ini lebih dipengaruhi oleh faktor sentimen jangka pendek dibandingkan outlook fundamental.

Prospek Pasar Saham ke Depan

Dengan volatilitas yang tinggi, investor lokal diimbau untuk tetap selektif memilih saham. Fokus asing pada emiten dengan fundamental solid bisa menjadi sinyal bagi investor ritel untuk mengikuti alur yang sama.

Selain itu, pergerakan IHSG ke depan masih akan dipengaruhi oleh isu global, seperti kebijakan suku bunga The Fed, harga komoditas dunia, dan dinamika geopolitik. Sementara itu, faktor domestik seperti kinerja emiten kuartal III dan kebijakan fiskal pemerintah juga akan turut menentukan arah pasar.

Perdagangan saham hari ini menunjukkan dinamika yang menarik. IHSG memang melemah 0,4% ke level 8.034,65, tetapi investor asing tidak sepenuhnya meninggalkan pasar. Sebaliknya, mereka tetap mengoleksi saham-saham tertentu seperti RAJA, ANTM, JPFA, dan BBCA.

Meskipun volatilitas masih tinggi, pola akumulasi asing pada saham dengan fundamental solid mengindikasikan optimisme jangka panjang terhadap pasar Indonesia.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index