Energi

Energi Terbarukan Dunia Catat Rekor, Target PBB Masih Berat

Energi Terbarukan Dunia Catat Rekor, Target PBB Masih Berat
Energi Terbarukan Dunia Catat Rekor, Target PBB Masih Berat

JAKARTA - Pencapaian energi terbarukan dunia kembali menorehkan rekor pada 2024. Sepanjang tahun lalu, kapasitas global bertambah 582 gigawatt (GW)—angka tertinggi sepanjang sejarah dengan pertumbuhan tahunan 15,1 persen. Namun, di balik kabar menggembirakan ini, tantangan besar masih membayangi.

Sebuah laporan yang disusun oleh International Renewable Energy Agency (IRENA), Global Renewables Alliance, dan Presidensi COP30 Brasil menunjukkan bahwa meski capaian itu patut diapresiasi, dunia masih tertinggal jauh dari target ambisius Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). 

Target tersebut, yang disepakati lebih dari 100 negara pada COP28 Dubai 2023, meminta dunia melipatgandakan tiga kali lipat kapasitas energi terbarukan pada 2030.

Dengan capaian saat ini, total kapasitas energi hijau dunia mencapai 4.443 GW. Angka ini masih jauh dari target 11.174 GW dalam lima tahun ke depan.

Optimisme di Tengah Tantangan

Direktur Jenderal IRENA, Francesco La Camera, menilai bahwa target itu meski sulit tetap mungkin dikejar. Ia optimistis tren pertumbuhan akan terus meningkat, bahkan melebihi proyeksi tahunan.

“Kita mungkin dapat menambah lebih dari 700 gigawatt, bahkan mungkin 750 gigawatt pada 2025, dan itu berarti kita mulai menutup kesenjangan,” ujar La Camera.

La Camera menegaskan bahwa transisi energi global tidak bisa dihentikan. Menurutnya, energi terbarukan kini sudah menjadi pilihan paling murah untuk menghasilkan listrik, sehingga secara ekonomi maupun ekologi, pasar sudah menentukan arahnya.

“Transisi ini tidak dapat dihentikan. Pasar energi terbarukan telah menentukan arah, karena ini adalah cara termurah untuk menghasilkan listrik,” tegasnya.

Momentum Sejarah: Energi Terbarukan Lampaui Batu Bara

Tren positif lain juga muncul dari laporan lembaga think tank Ember. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, energi terbarukan menghasilkan lebih banyak listrik dibandingkan batu bara pada paruh pertama 2025.

Fakta ini menjadi tonggak penting dalam perjalanan transisi energi global, menandakan bahwa energi bersih mulai benar-benar menggantikan bahan bakar fosil yang selama puluhan tahun mendominasi pasokan listrik dunia.

Namun, para pakar mengingatkan bahwa pencapaian simbolis ini belum cukup jika tidak diikuti dengan percepatan pembangunan infrastruktur dan kebijakan yang lebih agresif.

Politik Energi dan Hambatan Investasi

Meski tren global positif, sejumlah kebijakan nasional berpotensi menjadi hambatan. Di Amerika Serikat misalnya, Presiden Donald Trump pada 2025 merevisi skema insentif pajak untuk proyek energi surya dan angin. Langkah tersebut dikhawatirkan akan memperlambat arus investasi baru di sektor energi bersih.

Meski begitu, La Camera tetap percaya pertumbuhan energi terbarukan dunia tidak akan terganggu secara signifikan. Pasalnya, negara-negara di Asia, Eropa, dan Amerika Latin menunjukkan komitmen kuat untuk terus memperluas kapasitas energi hijau.

Target PBB 2030: Masih Ada Kesenjangan

Agar target PBB tercapai, dunia membutuhkan rata-rata pertumbuhan 16,6 persen per tahun dari 2025 hingga 2030. Angka ini sedikit lebih tinggi dibanding capaian 2024. Jika tren pertumbuhan bisa dipertahankan atau bahkan ditingkatkan, peluang menutup kesenjangan masih terbuka.

Namun, tantangannya bukan hanya pada kapasitas produksi. Rantai pasok global, ketersediaan material kritis, kesiapan tenaga kerja, hingga infrastruktur jaringan listrik juga harus diperkuat. Tanpa itu, penambahan kapasitas bisa terhambat oleh keterbatasan distribusi dan integrasi.

Laporan yang sama menekankan pentingnya pemerintah di seluruh dunia untuk:

memperkuat kebijakan pendukung,

mempercepat pelatihan ulang tenaga kerja,

memperbaiki rantai pasok global, serta

mengembangkan jaringan listrik yang lebih handal.

Suara dari Kalangan Ilmuwan

Sehari sebelum laporan IRENA dirilis, laporan Global Tipping Points yang disusun oleh 160 peneliti internasional juga memberi peringatan keras. Menurut mereka, pemanasan global kini melampaui ambang batas berbahaya lebih cepat dari perkiraan sebelumnya.

Peringatan itu menjadi sinyal bahwa mempercepat transisi energi bukan lagi pilihan, melainkan keharusan mendesak. Energi terbarukan dianggap sebagai kunci utama untuk menahan laju pemanasan global dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.

Jalan Panjang Menuju 2030

Meski banyak capaian penting, dunia masih harus berlari lebih cepat. Energi terbarukan bukan hanya soal kapasitas, tetapi juga ketersediaan yang merata, keterjangkauan harga, serta keandalan pasokan.

Ke depan, keberhasilan mencapai target PBB 2030 akan ditentukan oleh kombinasi faktor: komitmen politik, dukungan investasi, inovasi teknologi, dan kesadaran global bahwa transisi energi adalah fondasi bagi masa depan yang lebih berkelanjutan.

Rekor penambahan kapasitas tahun lalu memberi sinyal positif, tetapi juga menjadi pengingat bahwa waktu menuju 2030 semakin sempit.

Kapasitas energi terbarukan dunia memang mencatat rekor tertinggi sepanjang sejarah, namun perjalanan menuju target PBB masih panjang dan penuh tantangan. Meski ada optimisme dari lembaga internasional seperti IRENA, dunia tetap harus bekerja lebih keras untuk menutup kesenjangan yang ada.

Dengan memperkuat kebijakan, mempercepat investasi, dan membangun infrastruktur yang memadai, transisi energi bukan hanya mungkin dicapai, tetapi juga akan menjadi warisan penting bagi generasi mendatang.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index