Investasi

Investasi Kuartal III 2025 Tembus Rp491 Triliun, PMDN Dominan

Investasi Kuartal III 2025 Tembus Rp491 Triliun, PMDN Dominan
Investasi Kuartal III 2025 Tembus Rp491 Triliun, PMDN Dominan

JAKARTA - Meski dihadapkan pada ketidakpastian global dan dinamika geopolitik yang terus berubah, iklim investasi di Indonesia masih menunjukkan daya tarik kuat bagi investor, baik dari dalam maupun luar negeri. Terbukti, realisasi investasi nasional pada kuartal III tahun 2025 berhasil menembus Rp491,4 triliun, menunjukkan ketahanan sektor investasi di tengah tekanan ekonomi dunia.

Namun, menariknya, porsi terbesar investasi kali ini justru datang dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang mencapai Rp279,4 triliun atau 56,9% dari total investasi. Sementara Penanaman Modal Asing (PMA) tercatat sebesar Rp212,2 triliun atau 43,1%.

Perbandingan ini menandai bagaimana pelaku usaha domestik mulai menunjukkan peran yang semakin signifikan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, di saat investor asing menghadapi tantangan eksternal yang lebih kompleks.

PMDN Masih Unggul di Tengah Tekanan Global

Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Perkasa Roeslani menegaskan, capaian tersebut merupakan bukti ketangguhan ekonomi nasional di tengah situasi global yang penuh gejolak.

“PMA-nya Rp212 triliun dan memang kita lihat di tengah tantangan yang masih berlangsung, geopolitik, ekonomi, tetapi kalau kita lihat tren ke depannya telah direvisi meningkat dari World Bank atau OECD dan kita harapkan akan terus meningkat,” ujar Rosan dalam acara Konferensi Pers Capaian Realisasi Investasi Triwulan III Tahun 2025 di Kantor Kementerian Investasi, Jakarta.

Rosan menambahkan, meskipun porsi PMA sedikit lebih rendah dibandingkan PMDN, tren perbaikan ekonomi global memberi harapan baru. Proyeksi lembaga internasional seperti World Bank dan OECD yang menunjukkan revisi pertumbuhan positif turut memperkuat optimisme bahwa minat investasi asing akan kembali meningkat di kuartal berikutnya.

Singapura Masih Jadi Investor Terbesar

Secara geografis, pola investasi asing di Indonesia tampak relatif stabil. Negara asal investor utama masih didominasi oleh Singapura, yang telah menjadi kontributor utama selama satu dekade terakhir.

 “Kalau kita lihat kontribusi negara tidak berubah banyak, cukup konstan. Singapura masih menjadi kontributor utama. Secara pencatatan investasi masuk lewat Singapura, 10 tahun terakhir Singapura menjadi negara nomor satu yang masuk ke Indonesia,” ujar Rosan.

Pada kuartal III 2025, total investasi yang berasal dari Singapura mencapai US$3,8 miliar, atau sekitar 28,8% dari total PMA. Posisi ini belum tergeser meskipun ada peningkatan signifikan dari beberapa negara Asia lainnya.

China dan Hong Kong Geser Dominasi

Di bawah Singapura, Hong Kong menempati posisi kedua dengan kontribusi US$2,7 miliar atau 20,3% dari total PMA. Sementara China berada di posisi ketiga, dengan investasi mencapai US$1,9 miliar atau 14,1%.

Namun, jika digabungkan, nilai investasi dari Hong Kong dan China mencapai US$4,6 miliar, yang berarti secara total lebih besar dari Singapura. Fenomena ini menunjukkan peningkatan kuat dari investor Tiongkok, baik secara langsung maupun melalui entitas yang berbasis di Hong Kong.

“Tapi kalau kita combine dua ini (investasi Hong Kong dan China), angkanya menjadi US$4,6 miliar, lebih besar dari Singapura,” jelas Rosan.

Posisi keempat ditempati oleh Malaysia, dengan kontribusi US$1 miliar atau 7,4% dari total PMA. Sementara itu, Amerika Serikat (AS) melengkapi daftar lima besar investor dengan nilai investasi US$0,8 miliar atau 5,8%.

Sinyal Positif bagi Hilirisasi dan Ekonomi Nasional

Capaian ini bukan hanya mencerminkan keberhasilan pemerintah menjaga kepercayaan investor, tetapi juga menunjukkan bahwa program hilirisasi dan industrialisasi yang digenjot sejak awal pemerintahan Presiden Prabowo-Gibran mulai menarik arus investasi yang lebih berkualitas.

Rosan menegaskan bahwa ke depan, pemerintah akan terus memperkuat strategi untuk memperluas sebaran investasi ke berbagai daerah, tidak hanya terkonsentrasi di Pulau Jawa. Selain itu, sektor-sektor yang menjadi prioritas seperti energi terbarukan, infrastruktur, dan industri pengolahan akan terus didorong agar memberikan nilai tambah lebih besar bagi ekonomi nasional.

Kementerian Investasi juga berupaya memanfaatkan momentum stabilitas makroekonomi dan reformasi regulasi yang telah dilakukan, termasuk kemudahan perizinan melalui sistem Online Single Submission (OSS), untuk menarik lebih banyak investor baru.

Optimisme Menatap Kuartal IV dan Tahun 2026

Kendati capaian PMA kuartal III sedikit menurun dibanding kuartal sebelumnya, tren jangka panjang masih positif. Revisi proyeksi ekonomi dunia oleh lembaga internasional menjadi angin segar bagi investasi Indonesia di masa mendatang.

Rosan menilai, tren investasi global yang mulai beralih ke sektor-sektor hijau dan berkelanjutan juga sejalan dengan arah kebijakan pemerintah dalam membangun ekonomi berbasis hilirisasi dan keberlanjutan.

“Dengan dukungan regulasi dan stabilitas politik yang terjaga, kami optimistis investasi pada kuartal IV dan tahun 2026 akan tumbuh lebih baik. Fokus kami bukan hanya menarik investasi besar, tetapi juga memastikan manfaatnya dirasakan secara luas oleh masyarakat,” kata Rosan.

Keberhasilan menjaga arus investasi di tengah tekanan eksternal menjadi bukti ketangguhan ekonomi nasional. Dengan dominasi PMDN yang terus menguat dan kontribusi PMA yang tetap solid, pemerintah memiliki landasan kuat untuk melanjutkan transformasi ekonomi menuju industri bernilai tambah tinggi.

Kuartal III 2025 menjadi penegas bahwa di tengah ketidakpastian global, Indonesia masih menjadi destinasi investasi yang menjanjikan, baik bagi pelaku usaha lokal maupun investor mancanegara yang melihat potensi besar dalam stabilitas dan arah kebijakan ekonomi nasional.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index