Jelang Der Klassiker

Jelang Der Klassiker, Niko Kovac Akui Bayern Masih Satu Level di Atas Dortmund

Jelang Der Klassiker, Niko Kovac Akui Bayern Masih Satu Level di Atas Dortmund
Jelang Der Klassiker, Niko Kovac Akui Bayern Masih Satu Level di Atas Dortmund

JAKARTA - Menjelang laga panas Der Klassiker antara Bayern Munchen dan Borussia Dortmund, pelatih Niko Kovac mengambil posisi yang jarang diucapkan oleh seorang rival: ia secara terbuka mengakui keunggulan lawannya.

Tanpa berusaha menutupi realitas, Kovac menilai Bayern masih berada di level yang lebih tinggi dibanding Dortmund. Meski kedua tim sama-sama belum terkalahkan di Bundesliga musim ini, pelatih asal Kroasia itu menilai perbedaan kualitas di antara keduanya masih cukup mencolok.

“Bayern adalah pemegang rekor juara, dan mereka memiliki pemain-pemain kelas atas yang sangat mahal,” ujar Kovac dalam konferensi pers jelang pertandingan.

Keterusterangan ini menjadi warna menarik menjelang duel klasik Jerman yang akan digelar di Allianz Arena.

Kovac Realistis Soal Kekuatan Bayern

Niko Kovac, yang pernah melatih Bayern pada 2018–2019, tahu betul atmosfer dan standar tinggi yang dimiliki klub tersebut. Karena itu, ia tak segan mengakui bahwa Bayern masih menjadi favorit utama untuk memenangkan Der Klassiker musim ini.

“Kami adalah klub besar, itu harus dikatakan. Tapi Bayern adalah pemegang rekor juara,” ujarnya.
“Mereka sejauh ini adalah tim dengan gelar terbanyak. Mereka punya pemain-pemain kelas atas yang sangat mahal.”

Ucapan tersebut bukan bentuk pesimisme, melainkan pengakuan realistis tentang situasi yang dihadapi Dortmund. Kovac menilai proyek yang tengah ia bangun bersama Die Borussen masih dalam tahap perkembangan dan belum mencapai stabilitas yang sama dengan Bayern.

Proyek Dortmund Masih Satu Tahun di Belakang

Kovac menyebut timnya masih tertinggal sekitar satu tahun dalam proses pembangunan. Ia menyoroti fakta bahwa Dortmund finis dengan selisih 25 poin dari Bayern pada musim lalu sebagai bukti bahwa ada jarak yang harus dikejar.

“Ya, kami sekarang, saya katakan, tertinggal satu tahun, dalam tanda kutip,” ucap Kovac.
“Kami sedang bekerja untuk mengejar ketertinggalan. Kami ingin memperkecil jarak, kami ingin berkembang — itulah tujuan kami, kami fokus pada diri kami sendiri.”

Meski begitu, Kovac menegaskan Dortmund tidak akan datang ke Allianz Arena dengan rasa minder. Ia percaya, melalui kerja keras dan konsistensi, jarak kualitas itu bisa dipersempit secara bertahap.

Bukan Sekadar Perang Kata-Kata

Der Klassiker selalu menghadirkan tensi tinggi, baik di lapangan maupun di luar. Komentar dari kedua kubu sering kali memancing reaksi publik dan media. Kali ini pun tak berbeda, setelah pelatih Bayern, Vincent Kompany, lebih dulu mengatakan bahwa performa tidak terlalu penting dalam laga besar seperti ini.

Menanggapi hal itu, Kovac justru sepakat—namun dengan catatan. Ia menilai Kompany mungkin berusaha menurunkan tekanan bagi timnya, tapi tetap mengingatkan bahwa Bayern bukan tim yang bisa diremehkan.

“Setiap pertandingan punya ceritanya sendiri, dan ini adalah laga yang sangat penting. Saya sangat setuju dengan itu,” kata Kovac.
“Tetapi Anda tidak boleh mengabaikan fakta bahwa Bayern berada di sana karena suatu alasan. Dia (Kompany) mencoba untuk sedikit meremehkannya. Tapi saya sudah terlalu lama di bisnis ini untuk termakan oleh itu.”

Bagi Kovac, komentar-komentar seperti ini hanyalah bagian dari dinamika sebelum pertandingan besar. Yang lebih penting, menurutnya, adalah bagaimana para pemain mengelola tekanan begitu peluit pertama dibunyikan.

Pengalaman Kedua Sisi: Bayern dan Dortmund

Kovac memiliki perspektif unik tentang laga ini. Ia termasuk sedikit pelatih yang pernah merasakan panasnya Der Klassiker dari dua sisi berbeda — sebagai pelatih Bayern dan kini Dortmund.

Saat ditanya perbedaan atmosfer antara keduanya, ia menjawab dengan jujur bahwa tensinya tetap sama tinggi, tak peduli dari sisi mana seseorang melihatnya.

“Tidak, tidak ada perbedaan. Terlepas dari sisi mana Anda berada, ada ketegangan tertentu, kegugupan tertentu, dan juga rasa penantian,” ujarnya.
“Anda tahu persis betapa pentingnya pertandingan ini, baik bagi setiap individu maupun bagi pelatih. Itulah mengapa tidak ada perbedaan.”

Ucapannya menggambarkan besarnya makna Der Klassiker bagi sepak bola Jerman — pertandingan yang bukan hanya soal tiga poin, melainkan juga kebanggaan, sejarah, dan prestise.

Bayern Tetap Favorit, Tapi Dortmund Siap Berjuang

Meski mengakui Bayern lebih unggul di atas kertas, Kovac menegaskan bahwa Dortmund akan datang dengan strategi matang dan semangat tinggi. Ia menyadari kemenangan di Allianz Arena akan menjadi sinyal penting bahwa proyek yang ia bangun mulai membuahkan hasil.

“Kami fokus pada diri kami sendiri. Kami tahu lawan kami kuat, tapi kami juga punya kualitas,” ujarnya.

Sementara itu, Bayern Munchen tetap diunggulkan untuk melanjutkan dominasi mereka di Bundesliga. Dengan deretan pemain bintang seperti Harry Kane, Leroy Sané, dan Joshua Kimmich, Kompany diyakini akan mengandalkan pressing tinggi dan serangan cepat untuk menekan Dortmund sejak awal laga.

Pertandingan ini juga menjadi momen bagi para pemain muda seperti Jamal Musiala — yang baru pulih dari cedera patah kaki — untuk kembali menunjukkan kontribusi di lini serang.

Laga yang Selalu Sarat Gengsi

Der Klassiker antara Bayern dan Dortmund bukan hanya duel dua klub besar, tapi juga pertarungan dua filosofi. Bayern dengan sistem mapan dan stabilitas finansialnya, sementara Dortmund dikenal sebagai klub pengembang talenta muda.

Pertemuan kali ini dipastikan kembali menghadirkan drama dan intensitas tinggi. Bagi Bayern, kemenangan akan mempertegas dominasi mereka di puncak klasemen. Bagi Dortmund, hasil positif bisa menjadi bukti bahwa mereka benar-benar mulai menutup jarak yang diakui Kovac sendiri.

“Kami sedang bekerja untuk mengejar ketertinggalan. Kami ingin memperkecil jarak, kami ingin berkembang,” tutup Kovac dengan nada optimis.

Dan seperti setiap edisi Der Klassiker sebelumnya, satu hal yang pasti: ketika peluit tanda mulai dibunyikan, semua teori, statistik, dan komentar pra-pertandingan akan sirna. Yang tersisa hanyalah 90 menit penuh intensitas antara dua raksasa Jerman yang sama-sama enggan kalah.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index