JAKARTA - PT Danareksa (Persero) atau Holding BUMN Danareksa tengah memperkuat perannya dalam mendorong transisi menuju ekonomi hijau nasional. Salah satu langkah strategisnya adalah mengintegrasikan program karbon biru dalam pengelolaan kawasan industri berkelanjutan.
Melalui pendekatan ini, Danareksa tidak hanya berfokus pada efisiensi industri, tetapi juga memastikan dampak lingkungan dan sosial yang terukur bagi masyarakat sekitar kawasan pesisir.
Komitmen tersebut sejalan dengan inisiatif Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang menempatkan ekosistem pesisir sebagai bagian penting dalam mitigasi perubahan iklim dan peningkatan nilai ekonomi wilayah. Kolaborasi kedua pihak ini diharapkan melahirkan model kawasan industri hijau yang menjadi contoh praktik pembangunan berkelanjutan di Indonesia.
Kolaborasi Strategis dengan KKP untuk Pengelolaan Kawasan Pesisir
Direktur Utama Holding BUMN Danareksa, Yadi Jaya Ruchandi, menjelaskan bahwa integrasi konsep karbon biru merupakan bagian penting dari strategi pengembangan kawasan industri yang berorientasi lingkungan.
“Melalui kolaborasi dengan KKP, Holding Danareksa berencana menerapkan program konservasi dan rehabilitasi ekosistem pesisir di kawasan industri agar memberi manfaat ekonomi dan sosial yang terukur,” ujar Yadi dalam keterangannya.
Langkah ini menjadi bukti bahwa pengembangan kawasan industri tidak lagi hanya berfokus pada aspek ekonomi dan infrastruktur, tetapi juga memperhatikan keberlanjutan lingkungan. Karbon biru dianggap sebagai salah satu solusi yang paling efektif untuk mendukung upaya dekarbonisasi dan pencapaian target Net Zero Emission nasional.
Baca Juga: Belajar dari Cikande, Kemenperin Wajibkan Kawasan Industri Lapor Radiasi Tiap 3 Bulan
Implementasi Awal di Tiga Kawasan Industri
Sebagai langkah konkret, Holding BUMN Danareksa baru-baru ini menjalin kemitraan strategis dengan KKP dalam menyusun kebijakan pengembangan serta peningkatan kapasitas kawasan di wilayah Pantai Utara Jawa.
Kemitraan tersebut dikembangkan melalui Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Karbon Biru dan Land Value Capture for Sustainable Coastal Development: Global Best Practices and Challenges.”
Dalam implementasinya, tiga anggota holding akan menjadi pelaksana utama inisiatif ini di lapangan. Ketiganya adalah:
PT Kawasan Berikat Nusantara (KBN)
PT Kawasan Industri Wijayakusuma (KIW)
PT Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB)
Ketiga kawasan industri tersebut akan menjadi lokasi percontohan dalam penerapan program karbon biru, termasuk konservasi dan rehabilitasi mangrove serta penguatan tata kelola pesisir.
Dorong Investasi Hijau dan Perdagangan Carbon Credit
Pendekatan ini sekaligus mempertegas komitmen Danareksa dalam memperkuat daya tarik investasi kawasan industri Indonesia di mata dunia. Integrasi karbon biru dalam pengelolaan kawasan diperkirakan akan membuka peluang akses ke berbagai sumber pendanaan hijau global, seperti green bonds dan climate financing, serta memperluas potensi perdagangan carbon credit.
Selain itu, inisiatif ini juga diharapkan mendorong pemberdayaan masyarakat pesisir melalui aktivitas konservasi. Keterlibatan masyarakat akan menjadi elemen penting dalam memastikan keberlangsungan proyek, sehingga manfaat ekonomi tidak hanya dirasakan perusahaan, tetapi juga komunitas lokal.
“Melalui proyek karbon biru, kami ingin menciptakan nilai ekonomi baru yang berdampak luas. Pendekatan ini memungkinkan kawasan industri menjadi lebih tangguh secara ekonomi dan berkelanjutan secara lingkungan,” jelas Yadi.
Baca Juga: Denyut Ekonomi Cikande Terpapar
Karbon Biru, Kunci Dekarbonisasi Pesisir
Karbon biru atau blue carbon merupakan istilah yang merujuk pada karbon yang tersimpan di ekosistem pesisir seperti mangrove, padang lamun, dan rawa payau. Ekosistem ini memiliki kemampuan menyerap dan menyimpan karbon dalam jumlah besar, jauh melebihi kemampuan hutan daratan dalam jangka panjang.
Karena itu, pemanfaatan karbon biru menjadi salah satu pendekatan yang semakin banyak digunakan di berbagai negara untuk mengurangi emisi karbon dan memperkuat ketahanan pesisir terhadap dampak perubahan iklim. Selain manfaat lingkungan, konservasi ekosistem karbon biru juga mendukung ekonomi masyarakat setempat melalui kegiatan perikanan berkelanjutan, pariwisata, dan perdagangan karbon.
Yadi menegaskan bahwa strategi pengembangan kawasan industri ke depan akan diarahkan untuk mendukung prinsip ekonomi sirkular, pemanfaatan energi terbarukan, dan integrasi proyek karbon biru dalam tata kelola kawasan.
Sinkronisasi dengan Visi Asta Cita
Langkah Danareksa ini selaras dengan arah pembangunan nasional yang tertuang dalam visi Asta Cita pemerintah, yang menekankan pembangunan ekonomi hijau, penguatan ketahanan iklim, dan pelestarian sumber daya alam.
Integrasi karbon biru di kawasan industri diharapkan menjadi bentuk konkret dukungan BUMN terhadap agenda transisi energi dan pembangunan berkelanjutan Indonesia.
“Penting bagi seluruh pemangku kepentingan untuk bersinergi dalam merealisasikan inisiatif karbon biru agar memberikan manfaat nyata bagi ekonomi dan masyarakat,” tambah Yadi.
Selain memberikan kontribusi terhadap target Net Zero Emission, inisiatif ini juga membuka jalan bagi model pengelolaan kawasan industri yang lebih inklusif dan ramah lingkungan. Pengalaman dari program percontohan di tiga kawasan industri akan menjadi dasar ekspansi ke kawasan lain di masa mendatang.
PT Danareksa (Persero) atau Holding BUMN Danareksa tengah memperkuat perannya dalam mendorong transisi menuju ekonomi hijau nasional
Dengan langkah strategis ini, Holding BUMN Danareksa menunjukkan peran sentralnya dalam membentuk ekosistem industri hijau nasional. Sinergi antara konservasi lingkungan, pemberdayaan masyarakat pesisir, dan pembangunan industri menjadi kunci untuk memastikan pertumbuhan ekonomi yang tidak merusak lingkungan.
Jika implementasi berjalan sesuai rencana, model karbon biru di kawasan industri ini dapat menjadi pionir nasional dan contoh praktik terbaik (best practice) bagi kawasan industri lainnya, baik milik BUMN maupun swasta.